Merunut Sejarah Panjang Periklanan Indonesia

7:27:00 PM

     Sejarah merupakan bagian yang penting dari kehidupan umat manusia. Lewat adanya sejarah, kita dapat mengetahui suatu perjalanan panjang serta mengambil hikmahnya untuk membangun masa depan yang lebih baik.

     Postingan kali ini akan membahas mengenai sejarah panjang periklanan Indonesia, memperlihatkan bagaimana proses perkembangan dan pengembangan periklanan Indonesia sejak jaman Hindia Belanda hingga awal kemerdekaan RI.

Awal Periklanan Indonesia
     Iklan pertama di Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia pada saat itu) muncul pada bulan Agustus tahun 1744, bersamaan dengan terbitnya surat kabar pertama di Batavia (Jakara), yaitu Bataviaasche Nouvelles.

Suratkabar pertama di Hindia Belanda ini hanya berusia sekitar dua tahun.
(Sumber: Pustaka Koran)

     Seluruh halaman dari surat kabar yang diterbitkan dan dicetak oleh Vereenigde Oost Compagnie (VOC) ini, hanya memuat mengenai iklan. Iklan pertama yang muncul di Hindia Belanda merupakan iklan yang ditulis dengan tulisan tangan oleh Jan Pieterzoen Coen, seorang pendiri Batavia dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629.
     Surat kabar pribumi yang pertama kali menerbitkan iklan adalah Tjahaja Siang, surat kabar yang terbit di Minahasa. Kemudian disusul oleh Soerabaja Advertentie Blad, surat kabar yang terbit di Surabaya. Berikut ini adalah teks iklan dari suatu produk yang diterbitkan dalam surat kabar tersebut:

(Sumber: History Of Graphic Design in Indonesia.)

     Selain iklan di surat kabar, pada jaman Hindia Belanda, mulai di produksi pula brosur-brosur sebagai wahana informasi dan promosi. Javaasche Bank misalnya, mereka menggunakan brosur dan buklet untuk menarik perhatian pemodal asing ke Hindia Belanda.

Masa Pra-Pendudukan Jepang
     Pada masa ini, perusahaan periklanan tumbuh menjamur dan beberapa iklan jenis baru mulai dikenal. Contohnya, iklan lowongan pekerjaan, pernikahan, kematian, dan iklan yang menawarkan tur keliling dunia (iklan travel/iklan perjalanan).
     Iklan di masa ini menekankan tiga aspek penting, yaitu:
1. Iklan menggunakan kata-kata yang sederhana dan langsung agar maknanya mudah untuk dipahami.
2. Kata-kata yang digunakan harus ada kaitannya dengan produk yang diiklankan.
3. Iklan secara cepat dapat diidentifikasikan oleh khalayak sasarannya.
     Berikut ini adalah contoh iklan pada masa pra-pendudukan Jepang yang meliputi tiga aspek penting diatas:

(Sumber: www.dgi-indonesia.com)


Periode Awal Pendudukan Jepang
     Laju industri periklanan Indonesia terhenti ketika terjadi invasi Jepang ke Indonesia. Iklan-iklan yang masih bertahan pada masa ini adalah iklan yang berasal dari perusahaan-perusahaan batik, rokok kretek, percetakan juga bidang profesi seperti dokter, dll.
     Iklan pada masa pendudukan Jepang cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan iklan zaman Hindia Belanda. Kebanyakan iklan pada masa pendudukan Jepang hanya pesan verbal tanpa menggunakan gambar.
     Berikut adalah salah satu contoh iklan di masa itu:

Memberi Peladjaran-Peladjaran
Bahasa-Bahasa, Steno, Mengetik,
Memegang Boekoe, Soerat Menjoerat
Alamat Jang ta'asing lagi.
Koersos Dagang Brawidjaja.
Matraman II-tel 705.
Kwitang 30-tel 4723.

Masa Awal Kemerdekaan
     Setelah kemenangan sekutu, iklan yang muncul di surat kabar merupakan iklan penghimpunan dana. Dana yang dihimpun dari iklan-iklan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak pada masa pasca kemerdekaan. Misalnya, melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, hingga untuk membangun/memperbaiki sekolah dan barang-barang yang rusak akibat peperangan.
     Karena pada masa itu situasi ekonomi sedang sulit, kemudian muncullah iklan yang menawarkan ekonomisasi dalam pembelanjaan atau kehidupan sehari-hari masyarakat. Contohnya, menjamurnya iklan dari penjahit maupun kursus menjahit yang mengajak masyarakat untuk menghemat anggaran belanja pakaian dengan cara membuat pakaian sendiri.
     Selain iklan penghimpunan dana, di masa awal kemerdekaan juga terdapat banyak iklan ucapan belasungkawa atau ucapan terima kasih dari keluarga yang kehilangan anggota keluarganya akibat perang.


Daftar Pustaka:
     Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia. 1993. Sejarah Periklanan Indonesia. Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia.
     Banindro, Baskoro Suryo. 2014. Iklan Masa Kolonial 1930-1942. Diambil dari (22 Juni 2016). (http://dgi-indonesia.com/iklan-masa-kolonial-1930-1942-tinjauan-sosiohistoris-2/).








 

Created by:
Widya Larasati / 150905689

You Might Also Like

0 comments

Powered by Blogger.